Jumat, 20 Februari 2015

Jenis Sosialisasi

a. Sosialisasi primer
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1 - 5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.
Dalam tahap tersebut, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh wama kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya. Di usia dini seperti ini, otak anak berkembang sangat pesat dan menyerap segala hal (dari kegiatan fisik sampai keterampilan sosial dan emosional) dengan sangat cepat pula. Dengan demikian, sosialisasi primer mengacu bukan saja pada masa awal anak mulai menjalani sosialisasi, tetapi lebih dari itu. Alasannya, apa pun yang diserap anak di masa tersebut akan menjadi ciri mendasar kepribadian anak setelah dewasa.

b. Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Bentuknya dapat berupa resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami `pencabutan' identitas diri yang lama.
Menurut Goffman, kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas-dalam jangka waktu tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkungkung, dan diatur secara formal. Dengan berada pada lingkungan yang tertutup dalam jangka waktu tertentu, intensitas sosialitasnya akan lebih tinggi.

c. Sosialisasi represi
Sosialisasi dengan cara represi ini menekankan pada penggunaan hukuman (punishment) terhadap kesalahan yang dilakukan oleh individu. Ciri-ciri lain dari sosialisasi ini adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan; kepatuhan anak terhadap orang tua; komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal, dan berisi perintah; titik berat sosialisasi pada keinginan orang tua; dan peranan keluarga sebagai significant other.

d. Sosialisasi partisipasi
Sosialisasi dengan cara partisipasi (participatory socialization) merupakan suatu pola ketika seorang anak diberikan imbalan (reward) jika berperilaku baik dan hukuman (punishment) jika berperilaku sebaliknya. Hukuman dan imbalan ini lebih bersifat simbolis. Penekanan diletakkan pada interaksi, komunikasi bersifat lisan, dan anak menjadi pusat sosialisasi. Kebutuhan anak dianggap penting, dan keluarga menjadi generalized other.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar