Pengaruh bahasa Sansekerta dan penggunaan huruf Pallawa cukup besar
dalam membentuk kepandaian bangsa Indonesia dalam hal melek huruf
(literate). Dengan bahasa dan huruf dari India tersebut, bangsa
Indonesia memasuki zaman sejarah, suatu zaman ketika bangsa pendukungnya
telah menggunakan tulisan dan meninggalkan bukti-bukti tertulis sebagai
hasil peradabannya. Dengan adanya kepandaian menulis, bangsa Indonesia
mampu menceritakan pengalaman zamannya sehingga diketahui oleh generasi
berikutnya.
Berkat pengaruh kebudayaan dari India peradaban Indonesia
lama telah meninggalkan bukti-bukti tertulis berupa prasasti atau batu
bertulis, seperti, Prasasti Kutei atau Prasasti Mulawarman (abad ke-4)
di Kalimantan Timur, Prasasti Ciaruteun atau Prasasti Purnawarman (abad
ke-5) di Jawa Barat, Prasasti Canggal atau Prasasti Sanjaya di Jawa
Tengah (abad ke-8), dan Prasasti¬prasasti lainnya yang tersebar di Jawa
dan Sumatra.
Walaupun bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa berpengaruh
terhadap perkembangan bahasa, tulisan dan seni sastra di Indonesia,
bahasa tersebut tidak pernah menjadi bahasa utama yang digunakan oleh
kerajaan lama di Indonesia. Tidak ditemukan bukti-bukti tertulis yang
mendukung penggunaan bahasa Sanskerta sebagai bahasa pengantar dalam
pergaulan antarsuku bangsa Indonesia. Bahasa tersebut kemungkinan banyak
dipergunakan dalam lingkungan keraton atau istana dalam pergaulan
internasional, terutama dengan bangsa-bangsa di Asia Tenggara dan
Selatan (India).
Tampaknya, sebagian besar suku bangsa Indonesia
tetap mengunakan bahasa lokal dalam pergaulan sehari-hari di antara
mereka. Namun, harus diakui bahwa pengaruh bahasa Sanskerta terhadap
perbendaharaan kata bahasa daerah dan Bahasa Malayu (kelak menjadi
Bahasa Indonesia) cukup besar. Bahasa tersebut mendapat kedudukan
terhormat dalam perkembangan bahasa-bahasa di Indonesia.
Kita sering
tidak menyadari bahwa banyak kata yang kita gunakan sehari-hari berasal
dari bahasa Sanskerta, seperti pancasila, eka, dasadarma, agama, gralm,
zvanita, suka duka, ditulis oleh para pujangga. Meskipun kata kakawin
berasal dari bahasa Sanskerta, isinya tidak selalu mencerminkan
kebudayaan Hindu India tetapi juga budaya setempat di Jawa. Beberapa
karya kakawin yang ditulis pujangga Indonesia antara lain:
1. Arjunawiwaha karya Mpu Kanwa yang ditulis pada masa pemerintahan Raja Airlangga abad ke-11 M.
2.
Rharatayudha karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, ditulis pada masa
pemerintahan Raja Jayabaya abad ke-12 M, merupakan gubahan dari
Mahabharata.
3. Negarakertagama karya Mpu Prapanca yang ditulis pada abad ke-14 M pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dari Majapahit.
Ketiga
contoh kakawin tersebut merupakan saduran atau pengembangan dari hasil
karya sastra India. Ketiga kakawin tersebut menggunakan bahasa Jawa Kuno
yang oleh pujangganya dianggap mampu mengekspresikan kebudayaan Jawa
yang sebenarnya.
On balance, value investing is easier than other
forms of investing. It is not necessary to spend eight hours a day
glued to a screen trading frenetically in and out of stocks.
Christopher Browne
Tidak ada komentar:
Posting Komentar