Kepribadian terbentuk, berkembang, dan berubah seiring dengan proses
sosialisasi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut.
a. Faktor biologis
Semua
manusia yang normal dan sehat memiliki persamaan biologis tertentu,
seperti memiliki dua tangan, panca indera, kelenjar seksual, dan otak
yang rumit. Persamaan biologis ini membantu menjelaskan beberapa
persamaan dalam kepribadian dan perilaku semua orang. Setiap warisan
biologis seseorang bersifat unik. Artinya, tidak seorang pun yang
mempunyai karakteristik fisik yang sama, bahkan anak kembar sekali pun.
Hal
lain yang juga memengaruhi kepribadian seseorang adalah kematangan
biologis. Misalnya, anak yang baru berumur 2 tahun tentu tidak dapat
membaca, meskipun dipaksakan belajar. Hal ini bukan disebabkan karena
kepribadiannya yang aneh, tetapi karena kematangan otot matanya memang
belum berkembang dengan baik.
Tidak semua faktor karakteristik fisik
menggambarkan kepribadian seseorang. Misalnya, orang gemuk adalah orang
yang periang, orang yang keningnya lebar adalah orang cerdas, orang yang
berambut merah berwatak mudah marah, dan orang dengan rahang lebar
mempunyai kepribadian kuat. Anggapan seperti itu lebih banyak disebabkan
apriori masyarakat yang dilatarbelakangi oleh kondisi budaya setempat.
Misalnya, orang dengan kumis tebal dicap suka marah dan ketika ia marah,
semua kelakuannya itu dibenarkan oleh masyarakat. Maka, tidak heran
apabila orang yang bersangkutan betul-betul menjadi pemarah.
Namun,
harus diakui bahwa karakteristik fisik dapat pula menjadi faktor penentu
dalam perkembangan kepribadian sesuai dengan bagaimana ia
mendefinisikan dan diperlakukan dalam masyarakat dan oleh kelompok
acuan. Misalnya, seorang gadis yang langsing dianggap cantik dan
sebaliknya yang gemuk selalu didefinisikan dengan istilah-istilah yang
negatif, misalnya si gembrot. Namun demikian, hal tersebut tidak selalu
benar.
b. Faktor geografis (lingkungan fisik)
Orang-orang Aborigin
harus berjuang lebih gigih untuk dapat bertahan hidup, sementara bangsa
Samoa hanya memerlukan sedikit waktu untuk mendapatkan makanan yang
akan dimakan sehari-hari karena alamnya lebih subur. Beberapa suku
bangsa di Uganda mengalami kelaparan berkepanj angan karena lingkungan
alam tempat mereka mencari nafkah telah banyak yang rusak. Mereka
menjadi orang-orang yang paling tamak dan rakus. Perkelahian antara
mereka sering terjadi karena memperebutkan makanan untuk sekedar
mempertahankan hidup.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa lingkungan
fisik atau lingkungan geografis sangat memengaruhi perkembangan
kepribadian seseorang. Namun, banyak para ahli sosiologi tidak
menganggap hal ini sebagai faktor yang cukup penting dibandingkan dengan
unsur-unsur lainnya.
c. Faktor kebudayaan khusus
Perbedaan
kebudayaan dalam setiap masyarakat dapat memengaruhi kepribadian
seseorang. Meskipun demikian, para sosiolog menyarankan untuk tidak
terlalu membesar-besarkan masalah ini. Misalnya, kebudayaan petani,
kebudayaan kota, dan kebudayaan industri tentu memperlihatkan corak
kepribadian yang berbeda-beda.
Memang terdapat karakteristik
kepribadian umum dari suatu masyarakat. Namun, tidak berarti bahwa semua
anggota termasuk di dalamnya. Sejalan dengan itu, ketika membahas
kepribadian umum bangsa-bangsa, suku bangsa, kelas sosial, dan
kelompok-kelompok berdasarkan pekerjaan, daerah, maupun kelompok sosial
lainnya, hendaknya kita ingat bahwa kepribadian umum merupakan
serangkaian ciri kepribadian yang dimiliki oleh sebagian besar anggota
kelompok sosial bersangkutan.
d. Faktor pengalaman kelompok
Anggota
kelompok yang lain cukup penting perannya bagi individu dalam
mengembangkan kepribadian yang positif. Kelompok yang sangat berpengaruh
dalam perkembangan kepribadian seseorang dibedakan menjadi dua.
1) Kelompok acuan (kelompok referensi)
Sepanjang
hidup seseorang, kelompok-kelompok tertentu dijadikan model yang
penting bagi gagasan atau norma-norma perilaku. Mula-mula kelompok
keluarga adalah kelompok yang dimiliki bayi selama masa-masa yang paling
peka. Pembentukan kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh pola
hubungan dengan kelompok referensinya di tahun-tahun pertama. Selain
keluarga, kelompok referensi yang lain adalah teman-teman sebaya yang
sama usia dan statusnya. Peran kelompok sepermainan ini dalam
perkembangan kepribadian seorang anak akan semakin berkurang dengan
semakin terpencarnya mereka setelah menamatkan SMA atau SMK.
2) Kelompok majemuk
Kelompok
majemuk menunjuk pada kenyataan masyarakat yang lebih beraneka ragam.
Bermacam-macam kelompok ini memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang
aneka nilai dan norma dalam masyarakat. Suatu norma yang dianggap
penting oleh satu kelompok masyarakat dapat saja dianggap tidak perlu
oleh anggota masyarakat lainnya. Dalam keadaan seperti ini, seseorang
hendaknya berusaha dengan keras mempertahankan haknya untuk menentukan
sendiri apa yang dianggapnya baik dan bermanfaat bagi diri dan
kepribadiannya sehingga tidak hanyut dalam arus perbedaan dalam kelompok
majemuk tempatnya berada.
Dalam kenyataannya, corak perilaku
kelompok sebaya atau kelompok referensi sering kali bertentangan dengan
perilaku keluarga bahkan masyarakat pada umumnya. Kelompok seperti ini
biasanya banyak diikuti anak-anak dan remaja.
e. Faktor pengalaman unik
Pada
lingkungan keluarga yang sama, tidak ada individu yang memiliki
kepribadian yang sama, karena meskipun berada dalam satu keluarga tidak
mendapatkan pengalaman yang sama. Begitu juga dengan pengalaman yang
dialami oleh seseorang yang lahir kembar, tidak akan selalu sama.
Menurut
Paul B. Horton, kepribadian tidak dibangun dengan menyusun peristiwa di
atas peristiwa lainnya. Arti dan pengaruh suatu pengalaman tergantung
pada pengalaman-pengalaman yang mendahuluinya. Pengalaman-pengalaman
yang unik akan memengaruhi kepribadian seseorang. Kepribadian
berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya karena pengalaman yang
dialami seseorang itu unik dan tidak ada satu orang pun yang dapat
menyamainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar