Kamis, 19 Februari 2015

Membaca Surat At Tiin Beserta Artinya

Surat At Tin surat yang 95 dalam al Qur’an. Terdiri dari 8 ayat, termasuk dalam golongan surat Makkyah. Nama surat ini diambil dari kata at Tin yang terdapat pada ayat ke satu yang artinya “demi buah tin”.
Membaca QS. Surat At-Tiin
Tulisan Surat At-Tiin
wattiini wazzaytuun(i)(1) wathuuri siiniin(a)(2) Wahaa-dzal-baladil-amiin(i)(3)
 laqad khalaqnal-insaana fii ahsani taqwiim(in)(4) tsumma radadnaahu asfala saafiliin(a)(5)  illalladziina aamanuu wa’amilush-shaalihaati falahum ajrun  ghayru mamnuun(in)(6)  famaa yukadz-dzibuka ba’du bid-diin(i)(7) alaysallaahu bi-ahkami alhaakimiin(a)(8)
Arti Mufrodat, Terjemahan dan penjelasan Surat at-Tin
1
وَالزَّيْـتُوْنِ
وَالتِّـيْنِ

dan (buah) Zaitun
Demi (buah) Tin
artinya:”Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun” (1)
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa ‘Tin’ adalah sejenis buah yang terdapat di Timur  Tengah.  Bila  matang,  warnanya  coklat,  berbiji seperti tomat, rasanya manis,  berserat  tinggi,  dan dapat digunakan sebagai obat penghancur batu pada saluran  kemih  dan  obat  wasir.  Oleh  sebab  itu,  pada  Al  Quran terjemahan Departemen Agama, kalimat Wattiin diartikan dengan “Demi buah Tin”
Sedangkan “Zaitun” adalah sejenis tumbuhan  yang  banyak  tumbuh di sekitar  Laut Tengah, pohonnya berwarna hijau, buahnya  pun berwarna hijau, namun ada pula yang berwarna hitam pekat, bentuknya seperti  anggur,  dapat  dijadikan  asinan dan minyak yang sangat jernih. Zaitun adalah tumbuhan yang banyak manfaatnya.
Tidak  semua  ahli  tafsir  sependapat  bahwa  yang dimaksud ”Tin dan Zaitun” adalah nama buah sebagaimana dijelaskan di atas. Ada juga yang berpendapat bahwa ‘Tin’  adalah  nama  bukit  tempat  Nabi  Ibrahim a.s. menerima wahyu, sedangkan ‘Zaitun’  adalah  nama  bukit di dekat Yerusalem tempat Nabi Isa menerima wahyu. Jadi  ‘Tin’  dan  ‘Zaitun’ adalah dua tempat yang dianggap bersejarah, karena di tempat itulah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Isa a.s. menerima wahyu.
2
سِيْـنِيْنَ
وَطُوْرِ

Sinai
dan bukit
artinya:”dan demi bukit Sinai” (2)
yang dimaksud ‘Thuur Siiniin’ pada  ayat  tersebut  adalah  bukit Tursina atau lebih dikenal dengan nama bukit Sinai,  yaitu  bukit  yang  berada  di Palestina, tempat Nabi Musa a.s. menerima wahyu.
3
الأَمِيْنِ
 الْبَلَد
وَهَذا

yang aman
negeri (kota)
dan ini
artinya:”dan demi kota (Mekah) ini yang aman” (3)
yang dimaksud ‘Baladil Amiin’ adalah kota Mekkah, tempat Nabi Muhammad saw. menerima wahyu.
Dengan  ayat-ayat (ayat 1-4) di atas Allah swt. bersumpah dengan empat tempat penting, yaitu  Tin, Tursina (bukit Sinai), Zaitun, dan Baladil Amin (kota Mekah), dimana pada  empat  tempat  tersebut  Nabi Ibrahim as., Musa as., Isa as., dan Muhammad saw.  menerima  wahyu  untuk memberikan bimbingan dan pencerahan hidup pada umat manusia. Bimbingan yang diberikan para nabi dan rasul ditujukan untuk menjaga agar manusia tetap berada dalam kemuliaannya karena manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah swt. dalam bentuk yang terbaik.
4
تَقْوِيْمٍ
أَحْسَنِ
فِيْ
   الإِنْسَانَ
خَلَقْنَا
لَقَدْ

Bentuk (kejadian)
sebaik-baik
dalam
manusia
kami telah menciptakan
Sesungguh nya
artinya:”sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam  bentuk
yang sebaik-baiknya” (4)
Allah  swt.  dalam  ayat  ini menegaskan bahwa manusia itu diciptakan  dalam  bentuk  yang  paling sempurna. keistimewaan   manusia   dibanding   binatang,  yaitu  manusai dikaruniainya  akal,  pemahaman,  dan  bentuk  fisik  yang tegak dan lurus. Kesempurnaan manusia bukan hanya  sekedar pada bentuk fisik dan psikisnya saja. Allah memberi kedudukan manusia di antara makhluk  Allah  lainnya  menempati  peringkat tertinggi, melebihi kedudukan malaikat,
5
سَافِلِيْنَ
أَسْفَلَ
رَدَدْنَاهُ
ثُمَّ

tempat yang rendah
Lebih rendah/paling rendah
Kami kembalikan dia
kemudian
artinya:”Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)” (5)
Allah swt. telah memberikan  kemuliaan yang begitu tinggi pada manusia, bukan hanya yang bersifat fisik  dan  psikis, tapi juga dari segi kedudukannya. Namun, kalau manusia tidak mampu  mengemban amanah yang begitu besar, derajatnya akan turun ke tingkat yang paling  hina,  bahkan  bisa  lebih  hina  dari  binatang  sekalipun.
Kalau  binatang menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan perut dan syahwat  biologisnya,  kita tidak bisa mengategorikannya sebagai perbuatan hina, karena binatang tidak diberi akal dan nurani. Namun, kalau manusia melakukan hal yang sama seperti binatang, kita mengategorikannya sebagai perbuatan hina karena manusia  diberi  akal  dan nurani untuk mengontrol perbuatannya. Nah, kalau kita tidak  pernah  menggunakan  akal  sehat  dan  nurani untuk mengarungi kehidupan, berarti derajat manusia jatuh yang serendah-rendahnya.
فَلَهُمْ
الصَّالِحَاتِ
وَعَمِلُوا
آمَنُوْا
الََّذِيْنَ
إِلا
maka bagi mereka
Kebajikan/ soleh
dan mereka berbuat/beramal
beriman
orang-orang yang
kecuali
6

مَمْـنُوْنٍ
غَيْرُ
أَجْرٌ


terputus
bukan/tidak
pahala
artinya:”kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh;maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya” (6)
Agar  tidak  turun  ke derajat yang paling rendah, Allah swt. memerintahkan manusia  untuk  mengisi hidup dengan iman dan amal soleh.
Amal soleh adalah segala perbuatan yang berguna bagi diri pribadi, keluarga, kelompok, dan manusia secara keseluruhan. Maka  bagi orang-orang yang mengisi hidupnya dengan iman dan karya (amal saleh), bagi mereka “ajrun ghairu mamnun” (pahala yang tiada putus).
7
بِالدِّيْنِ
بَعْدُ
يُكَذِّبُكَ
فَمَا

hari pembalasan
sesudah
mendustakanmu
maka apakah
artinya:”Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?” (7)
Bentuk  pertanyaan  pada  ayat  ini,  mengandung  penegasan bahwa tidak ada alasan apapun yang patut membuat manusia  mendustakan  hari  pembalasan dan mengingkari ajaran-ajaran Allah swt., setelah mengetahui bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling mulia.
8
الْحَاكِمِيْنَ
بِأَحْكَمِ
اللَّهُ
أَلَيْسَ

hakim
Lebih bijaksana/seadil-adilnya
Allah
bukankah
artinya:”Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya?”(8)
Penjelasan ayat:
Surat  ini  kemudian  ditutup  dengan  kalimat bertanya yang bertujuan agar manusia mau berpikir.
Seolah  ayat  ini  mengatakan, “Pikirkanlah wahai manusia, hanya Allah swt. Hakim  yang  Maha  Adil dan Maha Mengetahui kebutuhan kamu. Oleh sebab itu hanya aturan-aturan-Nya yang bisa memenuhi kebutuhanmu!”
Semoga  kita menjadi orang-orang yang dapat menjaga kemuliaan yang Allah berikan dengan selalu meningkatkan iman dan mengerjakan amal saleh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar